MENJADI ILMUAN YANG BERAKAL

"Dan kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun". (Al A'raaf :117-122).

Nabi Musa bukan ahli sihir yang mempunyai tongkat sakti yang dibawa ke sana kemari melawan ahli sihir kerajaan pimpinan Firaun.
Tongkat itu hanya 'simbolik' dalam Al Kitab. Sebenarnya apa yang dibawa oleh Nabi Musa adalah petunjuk atau Kitab Taurat, sama seperti para Rasul-Nya yang lain.

"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (kitab) dan agama (deen) yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama (deen), walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai". (At Taubah :33)

Menurut ayat di atas, Nabi Musa telah menyampaikan kefahaman-kefahaman Tuhan Semesta Alam kepada para ilmuan dan cerdik pandai Firaun, bukannya ahli sihir. 

Pastinya telah berlaku sesi wacana yang harmonis serta beretika antara Nabi Musa dan Nabi Harun dengan agamawan serta ilmuan Firaun. 

Bukannya perdebatan panas hingga kepada kutuk mengutuk serta maki hamun berpanjangan.

Hujah-hujah yang bernas dan penyampaian yang baik dari Nabi Musa dan Harun telah dapat diterima oleh mereka. 

Para ilmuan serta cerdik pandai Firaun pastinya mempunyai akal pemikiran yang sehat hingga dapat membedakan antara yang haq dan yang batil.

Hingga akhirnya mereka dapat menerima ajaran Nabi Musa dan mengimani Tuhan Semesta Alam.

Di atas itu tadi adalah kisah Nabi Musa dan orang bijak pandai dalam kerajaan Firaun yang telah berlaku beribu tahun lepas. 

Bagaimana pula dengan orang bijak pandai hari ini?. Adakah mereka juga dapat menerima petunjuk-petunjuk yang Allah turunkan melalui Al Quran?.

Peranan para ilmuan serta bijak pandai amat besar dalam membawa perubahan kepada corak dan budaya pemikiran masyarakat.

Para bijak pandai (genius) lebih mudah mempengaruhi masyarakat dengan ilmu yang ada padanya berbanding golongan marhaen.

Cabarannya disini adalah bagaimana memahamkan ilmuan dan bijak pandai tentang petunjuk serta pedoman yang haq dari Allah berbanding keilmuan manusia.

Pertamanya, kena yakin dengan petunjuk dan pedoman yang ada di dalam kitab dapat membimbing dan memberikan panduan kepada manusia. 

Kemudian meyakini kebenaran yang dilihat sesuai dengan pedoman dan panduan tadi sehingga akhirnya mengimani bahawa semua itu datang dari Dia, Tuhan Maha Berilmu.

Menjadi tanggungjawab kepada yang telah diberi ilmu untuk berkongsi perkara yang hak agar mereka (orang bijak pandai tadi) boleh membezakan antara ilmu manusia dengan ilmu Allah.

Semoga usaha yang sungguh-sungguh tanpa rasa putus asa dari semua akan memberikan hasil yang diharapkan.

Sekian.