MENCARI KESIMBANGAN DALAM PENGABDIAN
Fitrah (ketetapan) hidup manusia hanya mengabdi kepada Allah, Tuhan Semesta Alam bukan kepada yang lain seperti wang ringgit, kerja, kereta atau keluarga.
Manusia hanyalah hamba kepada Allah. Seorang hamba wajib mendengar dan mengikuti perintah dan larangan Tuan. Jika tidak pasti hamba tersebut akan dihukum.
Siapa yang sezaman dengan saya pasti pernah menonton sebuah drama mengenai perhambaan yang sangat menyentuh hati.
'Kunta-Kinte' mengisahkan perhambaan antara sesama manusia, hanya disebabkan perbezaan warna kulit,status, kekayaan dan pendidikan.
Saya tidak ingat secara details siri tersebut sebab sudah puluhan tahun pertama kali menontonnya.
Drama tersebut berdasarkan kisah sebenar yang diadaptasi dari Novel "The Saga of an American Family" tahun 1976 yang ditulis oleh Alex Haley.
Pada waktu saya menonton untuk pertama kali (jika tidak salah, pada usia saya sekitar 10 atau 11 tahun) hanya sekadar faham tentang kisah seorang hamba. Belum boleh lagi menilai moral sebenar disebalik cerita tersebut.
Akan tetapi pada usia sekarang, setelah dibeli keilmuan, barulah saya boleh kaitkan kisah tersebut dengan apa yang berlaku pada hari ini serta perjalanan orang-orang terdahulu.
Bagaimana sebenarnya sebelum drama Kunta-kinte ini ditayangkan, sudah ada realiti dalam kehidupan manusia terdahulu. Sudah berlaku sejak berzaman.
Sebagai contoh bagaimana penguasa bangsa-bangsa di zaman Nabi Ibrahim AS, memperhamba atau memperbudak-budakkan manusia pada waktu itu. Hinggakan Nabi Ibrahim turut dibakar hanya tidak mahu tunduk kepada kehendak penguasa masa itu.
Begitulah juga pada zaman Nabi Musa. Bagaimana dikisahkan tentang Firaun yang suka menindas rakyatnya dan membunuh anak-anak lelaki dan membiarkan anak-anak perempuan.
Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Firaun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka".(Al Araaf:127)
Kisah manusia menindas manusia. Manusia memperbudak-budakan manusia ini berlaku hingga ke hari ini. Samada mata kasar kita nampak atau tidak, atau samada akal pemikiran kita memahaminya atau tidak.
Manusia diperbudakkan oleh nafsu, diperbudakkan oleh nilai sosial kehidupan juga diperbudak-budakkan oleh bangsa-bangsa.
Dalam Surah Al Balad (Negeri), Allah berfirman tentang sebuah jalan yang sangat sukar, iaitu melepaskan budak dari diperbudakkan. Seperti mendaki gunung yang kecuramannya 90 darjah.
"Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?, (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,"(Al Balad :12-13).
Manusia pada setiap zaman hingga sekarang menjadi 'budak' kepada hawa nafsu, kepada sistem kehidupan sosial dan juga budak kepada penguasa bangsa-bangsa.
Manusia takut untuk 'berlepas diri' dari kehidupan material yang mengikat mereka. Manusia takut kehilangan wanita-wanita yang dicintai, ahli keluarga serta harta kekayaan yang dikumpul bertahun-tahun.
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."(Ali Imran:14)
Misi melepaskan manusia dari diperbudakkan telah diemban(dipikul) oleh para Rasul Allah. Setiap Rasul Allah diutus, hanya untuk mengajak manusia mengabdi kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Abdilah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)."(An Nahl:36)
Allah menyeru manusia hanya mengabdi kepada Dia, mencintai Dia dan menyerahkan diri hanya kepada Dia.
Adakah Allah melarang manusia mencintai yang lain?. Adakah Allah menghalang manusia dari berkeluarga, bekerja atau memiliki harta kekayaan?.
Jawapannya TIDAK.
Nak mencintai isteri dan ahli keluarga, silakan. Nak mengumpul harta kekayaan, silakan. Nak bekerja silakan. Akan tetapi janganlah mencintai semua itu melebihi dari mengabdi kepada-Nya.
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(At Taubah:24)
Dalam ayat di atas, Allah tidak menegah atau melarang manusia dari menyukai perkara yang lumrah dalam kehidupan manusia.
Allah menciptakan manusia yang padanya ada nafsu baik dan jahat. Nafsu memiliki dan mencintai semua yang di atas tadi.
Akan tetapi ianya hendaklah dikawal. Ada keseimbangan dan bukannya berlebih-lebihan.
Allah Maha mengetahui. Apabila seseorang itu melebihkan seseorang dengan yang lain, pasti akan wujud ketidakseimbangan dari segi kesetiaan, kasih-sayang dan tumpuan.
Itu sesama manusia. Bagaimana pula jika manusia itu ada dua pengabdian?. Contohnya satu kepada Allah dan satu lagi kepada penguasa negara.
Pada waktu penguasa bangsa mahukan manusia melakukan sesuatu untuknya. Dan pada masa yang sama Allah juga mahu manusia melakukan perintah-Nya, agaknya manakah pilihan yang akan dibuat?.
"Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24)
Di waktu ini, manusia diuji dengan pelbagai kesukaran, kekurangan harta, kehilangan pekerjaan dan kehilangan orang tersayang.
Adakah sekarang ini, manusia hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya penolong baginya. Atau memperhambakan dirinya kepada sistem penguasa bangsa-bangsa, yang pada mereka itu dapat menyelesaikan masalah manusia?.
Untuk mendapat jawapan bagi persoalan di atas, gunakanlah pancaindera pendengaran, penglihatan dan akal. Bacalah alam sebab di dalamnya ada jawapan.
Sekian.
Azman Hassan
Selangor
280420.
Manusia hanyalah hamba kepada Allah. Seorang hamba wajib mendengar dan mengikuti perintah dan larangan Tuan. Jika tidak pasti hamba tersebut akan dihukum.
Siapa yang sezaman dengan saya pasti pernah menonton sebuah drama mengenai perhambaan yang sangat menyentuh hati.
'Kunta-Kinte' mengisahkan perhambaan antara sesama manusia, hanya disebabkan perbezaan warna kulit,status, kekayaan dan pendidikan.
Saya tidak ingat secara details siri tersebut sebab sudah puluhan tahun pertama kali menontonnya.
Drama tersebut berdasarkan kisah sebenar yang diadaptasi dari Novel "The Saga of an American Family" tahun 1976 yang ditulis oleh Alex Haley.
Pada waktu saya menonton untuk pertama kali (jika tidak salah, pada usia saya sekitar 10 atau 11 tahun) hanya sekadar faham tentang kisah seorang hamba. Belum boleh lagi menilai moral sebenar disebalik cerita tersebut.
Akan tetapi pada usia sekarang, setelah dibeli keilmuan, barulah saya boleh kaitkan kisah tersebut dengan apa yang berlaku pada hari ini serta perjalanan orang-orang terdahulu.
Bagaimana sebenarnya sebelum drama Kunta-kinte ini ditayangkan, sudah ada realiti dalam kehidupan manusia terdahulu. Sudah berlaku sejak berzaman.
Sebagai contoh bagaimana penguasa bangsa-bangsa di zaman Nabi Ibrahim AS, memperhamba atau memperbudak-budakkan manusia pada waktu itu. Hinggakan Nabi Ibrahim turut dibakar hanya tidak mahu tunduk kepada kehendak penguasa masa itu.
Begitulah juga pada zaman Nabi Musa. Bagaimana dikisahkan tentang Firaun yang suka menindas rakyatnya dan membunuh anak-anak lelaki dan membiarkan anak-anak perempuan.
Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Firaun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka".(Al Araaf:127)
Kisah manusia menindas manusia. Manusia memperbudak-budakan manusia ini berlaku hingga ke hari ini. Samada mata kasar kita nampak atau tidak, atau samada akal pemikiran kita memahaminya atau tidak.
Manusia diperbudakkan oleh nafsu, diperbudakkan oleh nilai sosial kehidupan juga diperbudak-budakkan oleh bangsa-bangsa.
Dalam Surah Al Balad (Negeri), Allah berfirman tentang sebuah jalan yang sangat sukar, iaitu melepaskan budak dari diperbudakkan. Seperti mendaki gunung yang kecuramannya 90 darjah.
"Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?, (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,"(Al Balad :12-13).
Manusia pada setiap zaman hingga sekarang menjadi 'budak' kepada hawa nafsu, kepada sistem kehidupan sosial dan juga budak kepada penguasa bangsa-bangsa.
Manusia takut untuk 'berlepas diri' dari kehidupan material yang mengikat mereka. Manusia takut kehilangan wanita-wanita yang dicintai, ahli keluarga serta harta kekayaan yang dikumpul bertahun-tahun.
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."(Ali Imran:14)
Misi melepaskan manusia dari diperbudakkan telah diemban(dipikul) oleh para Rasul Allah. Setiap Rasul Allah diutus, hanya untuk mengajak manusia mengabdi kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Abdilah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)."(An Nahl:36)
Allah menyeru manusia hanya mengabdi kepada Dia, mencintai Dia dan menyerahkan diri hanya kepada Dia.
Adakah Allah melarang manusia mencintai yang lain?. Adakah Allah menghalang manusia dari berkeluarga, bekerja atau memiliki harta kekayaan?.
Jawapannya TIDAK.
Nak mencintai isteri dan ahli keluarga, silakan. Nak mengumpul harta kekayaan, silakan. Nak bekerja silakan. Akan tetapi janganlah mencintai semua itu melebihi dari mengabdi kepada-Nya.
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(At Taubah:24)
Dalam ayat di atas, Allah tidak menegah atau melarang manusia dari menyukai perkara yang lumrah dalam kehidupan manusia.
Allah menciptakan manusia yang padanya ada nafsu baik dan jahat. Nafsu memiliki dan mencintai semua yang di atas tadi.
Akan tetapi ianya hendaklah dikawal. Ada keseimbangan dan bukannya berlebih-lebihan.
Allah Maha mengetahui. Apabila seseorang itu melebihkan seseorang dengan yang lain, pasti akan wujud ketidakseimbangan dari segi kesetiaan, kasih-sayang dan tumpuan.
Itu sesama manusia. Bagaimana pula jika manusia itu ada dua pengabdian?. Contohnya satu kepada Allah dan satu lagi kepada penguasa negara.
Pada waktu penguasa bangsa mahukan manusia melakukan sesuatu untuknya. Dan pada masa yang sama Allah juga mahu manusia melakukan perintah-Nya, agaknya manakah pilihan yang akan dibuat?.
"Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24)
Di waktu ini, manusia diuji dengan pelbagai kesukaran, kekurangan harta, kehilangan pekerjaan dan kehilangan orang tersayang.
Adakah sekarang ini, manusia hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya penolong baginya. Atau memperhambakan dirinya kepada sistem penguasa bangsa-bangsa, yang pada mereka itu dapat menyelesaikan masalah manusia?.
Untuk mendapat jawapan bagi persoalan di atas, gunakanlah pancaindera pendengaran, penglihatan dan akal. Bacalah alam sebab di dalamnya ada jawapan.
Sekian.
Azman Hassan
Selangor
280420.
Comments
Post a Comment